Tak terasa
ternyata sudah 17 tahun yang lalu ku
tinggalkan Sekolah yang penuh dengan nuansa asri dan sejuk itu. Di lereng
gunung Argo Jembangan SD Jollong tersebut dibangun dengan hamparan lapangan
luas ada di depannya. Yang menjadi salah satu tempat camping siswa-siswi di
kabupaten Pati. Kanan dan kiri dikelilingi pepohonan yang rindang dan tanaman
kopi yang terhampar luas milik PTPX IX.
Disanalah selama
6 tahun aku menuntut ilmu dengan para guru yang gigih dan sabar walau dengan
gaji yang paspasan, dengan guru yang tabah dan bijaksana dalam mendidik
murid-muridnya. Walau perjalanan menuju SDN Jollong tak nyaman dilalui
kendaraan namun tak menjadikan beliau-beliau surut tekad dalam mengamalkan
ilmunya untuk kami. Terima kasih Bapak dan ibu guru yang telah mendidik dan
memberikan ilmu kepada kami.
Belasan tahun
kita meninggalkan sekolah tersebut, masih teringat betapa indahnya masa-masa
kecil bernaung dan menyandarkan harapan pada para guru dan sekolah tersebut.
Masih ingat pula wajah-wajah bijaksana para beliau yang senantiasa lemah lembut
namun membuat kita sering ketawa dengan canda dan guraunya. Masih teringat pula
penjual-penjual jajanan yang selalu membuat masakan dan jajanan buat kita.
Hanya berbekal Rp.100 saja sudah lebih dari cukup mendapatkan jajanan dari
mereka-mereka. Ya… belasan tahun yang lalu Rp. 100 sudah menjadikan bekal yang
cukup berharga buat uang saku menemani perut kita dalam menuntut ilmu disana.
Bahkan andaikata orang tua kita hanya mengasih separo saja maka itupun sudah
jadi bekal yang cukup bagi kita dimasa –masa yang dulu. Sungguh kehidupan yang
luar biasa, kehidupan yang dipenuhi dengan ketentraman dan kedamaian.
Hanya dengan
berjalan kaki dengan tanjakan yang tinggi disertai jalan yang rusak aku dan
kawan-kawan tak pernah menyerah dalam menggapai mimpi-mimpi berjuang menuntut
ilmu di sana. Bahkan ketika hujan kami pun tak pernah malas berangkat,
hujan bukanlah penghalang bagi kami,
bahkan daun pisang atau daun talas pun menjadi payung buat kami. Begitu indah masa-masa kecil
yang dulu, tak ada kata malas, tak ada kata jenuh dan tak ada kata bosan,
begitu indah dan tak akan pernah terlupakan. Belasan tahun berlalu masihkah
kita ingat pada kawan-kawan kita senasib seperjuangan masa dulu, masihkan
terlintas dalam benak kita untuk bertemu dan bersendau gurau dengan mereka. Ah
kayaknya jarang sekali dan mungkin tak pernah. Hanya kebutuhan kita sendiri2
yang selalu diubun-ubun kita mengingat kita sudah berumah tangga yang penuh
dengan kebutuhan.
Ingatkah kita
pada Alm. Bpk. Joko yang sering menyuruh kita membelikan “rempeyek”. Tak ada
hari tanpa “rempeyek” bagi beliau. Disaat waktu mengajar berlangsung pasti ada
salah satu dari kita yang disuruh keluar membeli “rempeyek” buat cemilan
beliau. Sambil mengajar beliau makan rempeyek dan itu yang sering kita jumpai
setiap hari. Ketika beliau sudah penat mengajar, kita pun bisa minta pulang
terlebih dahulu dengan syarat lewat pintu belakang, supaya kelas yang lain
tidak melihat. Begitu mengasyikkan kenangan yang dulu kita rasakan di masa-masa
menjalani pembelajaran di SD Jollong 01.
Beliau Bapak
Slamet tak akan juga pernah kita melupakannya. Walau kadang kala hobinya kepala
kita sering dijitak,dll. Bukanlah semua itu menjadikan sakit hati buat kita,
melainkan akan menjadi kenangan yang akan terukir indah dalam hati kita bila
kita ingat-ingat dimasa saat ini. Bapak Koto yang begitu gigihnya dalam
mengajar, memberikan ilmu yang tak tanggung-tanggung pada kita semua. Kalau pun
kita lihat beliau sekarang, mungkin kita agak sedikit pangling, beliau masih
seperti yang dulu waktu belasan tahun mengajar kita, belum terkesan tua. Tahun 2017 ini beliau dan istrinya menjalankan ibadah Haji ke Tanah Suci, semoga beliau menjadi haji yang mabrur... Aminnn. Begitupun
dengan ibu Tatik yang sekarang masih bertugas disana. Kadangkala kita tak
pernah mengira bahwa yang setiap pagi naik motor berseragam dinas lewat domo
Klakahkasihan itu adalah beliau. Sempatkanlah semyum dan menyapa beliau ketika
berpapasan di jalan, mengingat beliau adalah guru kita yang mengajar kelas 1
dulu. Bapak Andi yang sudah sekian lama tak pernah kami melihatnya. Kelas 5
yang dulu diampu oleh beliau waktu kita masih sekolah disana. Pak Yatno yang
juga sudah lama sekali kita tak pernah berjumpa dengan beliau. Pak Zuhdi guru
agama Islam yang senantiasa membimbing dan mengajarkan PAI dan budi pekerti
kepada kita. Pak Supat (Alm) yang dengan ketangkasannya beliau memikul jabatan
sebagai guru olahraga. Dan Ibu Surmi yang seingat aku mengajar di kelas 2 yang
selalu kami hormati. Ya Allah semoga beliau-beliau para guru kami SD Jollong
selalu dalam lindungan-Mu, mudahkanlah rejekinya sebagaimana beliau-beliau
memudahkan kami dalam menjalani pembelajaran, berikanlah mereka kesehatan
jasmani rohani, Serta iringilah perjalanan hidup mereka dengan Rahmat dan
Hidayah-Mu dalam mengarungi kehidupan di dunia dan akhirat.
Ingatkah kita,
pulang bersama, berjalan bergandengan tangan rame-rame, kadang berlari bersama
di medan turun yang bisa membahayakan kita. Ingatkah kita sepulang sekolah kita
sering mengambil buah-buahan bukan milik kita yang ada di sepanjang jalan.
Ingatkah kita sering bertengkar meributkan hal sepele, namun pertengkaran pada
masa kecil kita dulu bukanlah pertengkaran yang menjadikan sakit hati untuk
selama-lamanya. Namun pertengkaran karena kodrat anak kecil yang memang begitu
adanya dan semestinya akan kita lalui. Ingatkah
kita disaat pulang sekolah kita sering
mampir ke rumah kawan-kawan kita, disana ada makanan apa kita makan bersama,
disana ada mainan apa kita main bersama. Ingatkah kita disaat pulang sekolah duit
kita masih, pastinya kita tak akan lupa untuk beli jajan disepanjang jalan
dengan beramai-ramai. Ingatkan kita sepulang sekolah bersama-sama memainkan
layang-layang di jalanan dan lahan bebas dengan ketinggian layang yang hampir
tak kelihatan oleh mata. Dan dikala benangnya putus kitapun beramai-ramai
mengejar layang-layang tersebut entah sampai mana kita tak pernah peduli.
Masa-masa kecil
yang begitu harmonis tak dapat kita ulang kembali. Masa –masa kecil yang begitu
lugu dan jujur tak dapat kita harapkan lagi dikala kita sudah menjadi seperti
saat ini. Hanya kenangan yang bisa kita tengok ke belakang dan bisa buat kita
tersenyum. Hanya kenangan yang tersimpan di memori kita yang kadang kala bisa
kita putar kembali bersama teman-teman dalam nuansa yang berbeda saat ini. Dan
hanya kenangan pula yang bisa membawa kita pada kehidupan yang lebih baik ataupun
kehidupan yang lebih buruk untuk masa yang akan datang.
Kawan-kawan
cobalah kita sempatkan waktu barang sejenak saja untuk melihat bagaimana
kondisi sekolah kita sekarang ini. Sekolah kita yang dulu penuh dengan
banyaknya murid-murid, sekolah kita yang dulu penuh dengan keramaian. Namun
sekarang ada yang berubah, bahkan banyak sekali yang berubah. SD Jollong
tempat kita menuntut ilmu dulu yang per kelas diduduki murid lebih dari 20
orang kini kawan-kawan mungkin tak percaya betapa sepinya sekolah tersebut
dengan hanya ada 5-15 murid saja per
kelas. Tentunya kita berpikir dan bertanya kenapa sekolah kita jadi seperti
itu? Oh Tuhan apa yang terjadi sehingga Engkau membiarkan tempat belajar kami
bahkan anak-anak kami kelak menjadi seperti yang tak diinginkan. Namun walaupun
kenyataannya seperti itu SD Jollong tetap berjuang demi murid-muridnya dan
terus berjuang untuk memulihkan keadaan seperti sedia kala.
Namun kalau kita
berpikir sejenak dan lihat ke sekeliling, apa bisa sekolah kita yang dulu
dengan keadaannya yang memprihatinkan seperti saat ini untuk bisa berbenah diri
seperti waktu kita duduk disana? Tentunya kita juga bisa berpendapat, mungkin
diantara kita ada yang berpendapat bisa dan ada juga yang tidak dengan berbagai
alasan yang ada. Memang tak dapat dipungkiri mayoritas penduduk perdesaan
seperti tempat tinggal kita adalah orang islam yang keberadaaanya selalu
ditengahi dengan seluk beluk pendidikan agama islam yang kental. Selain dari
pada itu untuk memadukan antara masyarakat dengan pendidikan di sekolah,
tentunya dari mayoritas orang desa tentunya lebih memilih pendidikan yang berbasis
islam, seperti contohnya orang tua akan lebih banyak memasukkan anaknya ke
sekolahan-sekolah Islam. Dan kita tahu sendiri seberapa jumlah masyarakat kita
tentunya yang mana disetiap sudut desa difasilitasi oleh berbagai macam yayasan
yang berjalan pada bentuk pendidikan. Oleh karena itu masyarakat kita yang
jumlahnya relatif sedikit dengan adanya banyak sekolah-sekolah baru yang
bermunculan tentunya itu juga merupakan salah satu faktor yang menjadikan berkurangnya
murid pada sekolahan yang satu dan
bertambahnya murid di sekolahan yang lain. Yang mana masing-masing yayasan /
sekolah memiliki “marketing” (bahasa mudahnya saja seperti itu) yang tersebar
ke seluruh penjuru desa. Akhirnya dengan keadaan seperti ini maka bisa
menjadikan dampak negatif maupun positif
bagi masing2 yayasan / sekolah Negeri.
Tak apalah kalau
sifat marketing yang tersebar luas itu berjalan secara professional, dalam
artian sesuai dengan ajaran Islam atau ajaran agama yang lain yang harus
mengedepankan kebersamaan bukan keuntungan semata. Arti kebersamaan disini
bermaksud meraih titik tertinggi dengan tidak mengucilkan yang lain atau
menyombongkan diri dan menghina serta merobohkan yang lain. Kalau bisa berjalan
seperti itu maka tentunya walaupun di desa kita yang masyarakatnya relatif
sedikit dan terdapat sekolahan yang banyak tak akan berdampak negatif pada
masing-masing sekolahan. Karena orang tua akan mempertimbangkan sendiri kemana
anaknya akan dimasukkan pada sekolahan.
Sebagai
masyarakat desa yang sudah lekat dengan agama, tentunya kembali pada pribadi
masing-masing sebagai seorang yang “Islam”, dan kembali para ajaran Sunnah
Rasulullah SAW. Kita harus bisa hidup rukun antara umat yang satu dengan umat
yang lain dengan berbagai macam fasilitas yang ada khususnya sekolahan yang
semakin banyak di desa kita. Semua itu bukanlah menjadi faktor penyebab
permasalahan, namun bagaimana kita memanfaatkan fasilitas tersebut untuk bisa
bersama-sama memajukannya, bukan menikungnya dari belakang. Masing-masing
pribadi punya hak untuk mengklaim sekolah / tempat belajar-mengajarnya bagus
namun kita tiada punya hak untuk menjelek-jelekkan tempat belajar yang lain. Silahkan
membuat brosur, silahkan buat iklan yang terpasang di media apa saja sejauh
hanya untuk menunjukkan visi-misi sekolah, media untuk merekrut murid baru atau
untuk lebih mengenalkan fasilitas sekolah. Yang penting tidak ada unsur menjatuhkan
sesama dan dalam bidang yang sama.
Kalau kita bisa
berjalan seimbang, maka kebersamaan akan terjalin dengan indah dan harmonis.
Bukan perpecahan yang timbul, namun kekuatan yang kokoh yang akan terbina.
Bukankah dengan kebersamaan kita kuat?, dengan kebersamaan kita akan meraih
nilai tertinggi dengan pangkat yang 100% murni. Kita harus bisa saling “take and give” mengisi kekosongan,
memberikan apa yang kawan butuhkan, atau mudahnya kita bisa saling memberi dan
menerima.
No comments:
Post a Comment